Search This Blog

Thursday 9 April 2015

"Presiden Jokowi Makin Mendunia" Jadi "Trending Topics"


KOMPAS.com — Sebuah foto artikel koran berbahasa Inggris yang beredar luas di media sosial, Rabu (8/5/2015), memicu percakapan maya tentang "Presiden Jokowi Makin Mendunia" dan menjadi trending topic di Twitter.

Artikel berjudul "Joko: I Don’t Read What I Sign" (Joko: Saya Tidak Baca Apa yang Saya Tanda Tangani) berisi ulasan mengenai kenaikan tunjangan uang muka pembelian mobil bagi pejabat.

Dalam artikel, Jokowi berkilah bahwa, "Tidak mungkin saya harus mengecek satu per satu halaman yang saya harus tanda tangani."

Foto ini di-tweet oleh pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra dalam akun Twitter-nya dengan mengatakan, "Presiden Jokowi Makin Mendunia. Ini berita di Wall Street Journal, salah satu koran terkemuka di dunia."

Kicauan ini di-retweet lebih dari 400 kali dan ramai diperbincangkan di media sosial. Namun, artikel ini bukan dari potongan Wall Street Journal, melainkan dari koran Jakarta Globe edisi 7 April 2015, tepatnya di halaman enam.

Yusril kemudian mengklarifikasi sumber artikel itu dalam kicauannya. Namun, "Presiden Jokowi Makin Mendunia" masih tetap populer dan dikicaukan lebih dari 2.000 kali.

Beberapa situs dan forum diskusi online juga memuat foto tersebut. Beberapanya mencantumkan sumber koran dengan benar, tetapi beberapa juga keliru.

Dibandingkan dengan Soeharto
Walau keputusan kenaikan uang muka pembelian mobil dicabut oleh Presiden Jokowi, perbincangan ini masih cukup hangat di media sosial.

Kata kunci "Perpres DP Mobil", misalnya, sudah digunakan lebih dari 24.800 kali selama sepekan terakhir.

Banyak orang memberikan opini, termasuk dari pengguna Twitter yang mengatasnamakan Hutomo Mandala Putra. Pengguna tersebut membandingkan tindakan Jokowi dengan Presiden Soeharto.

Dalam tweet-nya, dia mengatakan bahwa pemimpin yang menyalahkan bawahan ketika sedang terdesak adalah pemimpin yang "tidak bertanggung jawab".

"HMS tidak pernah menyalahkan kabinetnya, meskipun akhirnya dikhianati beberapa dari mereka, karena wibawa kabinet ada di pucuk pimpinan," katanya dalam akun @HutomoMP_9.

Sementara itu, di Facebook BBC Indonesia, Raihani Aulia berkomentar, "Mending blusukan ke kampung-kampung, di daerah, Paaaak, yang mau sekolah bertaruh nyawa... mencari jembatan penyeberangan... sekolah ambruuk... makan susaaah."

Sementara itu, Jos Ina mengatakan, "Indonesia dijual pun ga papa, kami rakyat kecil tak kan bisa mencegahnya", sedangkan Teeta Susanto menulis, "Tidak setuju, rakyat tercekik dengan harga-harga yang selangit, kok pejabat malah enak-enakan bisa nikmati mobil mewah."


Editor : Tri Wahono
Sumber: BBC Indonesia

No comments:

Post a Comment