Search This Blog

Thursday 9 April 2015

KEUTAMAAN MADZHAB SYAFI’I


KEUTAMAAN MADZHAB SYAFI’I


Madzhab Syafi’i adalah madzhab fiqih terbesar yang diikuti oleh mayoritas Ahlussunnah Wal-Jama’ah.

Madzhab ini tersebar pada masa Imam al-Syafi’i, dengan banyaknya para ulama yang belajar kepada beliau dan menyebarluaskan ilmunya kepada masyarakat.

Al-Hafizh al-Sakhawi (w. 902 H/1492 M) berkata:
 “Sesungguhnya al-Hafizh Abdullah bin Muhammad bin ‘Isa al-Marwazi (w. 293 H/906 M) yang menyebarkan madzhab al-Syafi’i di Marwa dan Khurasan setelah sebelumnya disebarkan oleh Ahmad bin Sayyar (w. 268 H/980 M). Sedangkan al-Hafizh Abu ‘Awwanah (w. 316 H/929 M) adalah orang pertama yang membawa madzhab al-Syafi’i dan karangan-karangannya ke Asfarayin.”

Dalam Kitab Al Inshaf fi Bayani Asbabi al Ikhtilaf, Al-Imam Syah Waliyullah al-Dahlawi al-Hanafi, seorang ahli hadits dan pakar fiqih berkebangsaan India, memberikan kesaksian tentang keistimewaan madzhab Syafi’i dibandingkan dengan madzhab-madzhab yang lain ditinjau dari tiga hal:

1) Ditinjau dari aspek sumber daya manusia, madzhab Syafi’i adalah madzhab terkaya memiliki mujtahid muthlaq dan mujtahid madzhab, madzhab yang paling banyak memiliki pakar ushul fiqih, teologi, tafsir dan syarih (komentator) hadits.

2) Ditinjau dari segi materi keilmuan, madzhab Syafi’i adalah madzhab yang:
paling kokoh dari segi sanad dan periwayatan,
paling kuat dalam autentisifikasi teks-teks perkataan imamnya
paling bagus dalam membedakan antara perkataan Imam Syafi’i (aqwal al-Imam) dengan pandangan murid-muridnya (wujuh al-ashhab),
paling kreatif dalam menghukumi kuat dan tidaknya sebagian pendapat dengan pendapat yang lain dalam madzhab.

3) Ditinjau dari segi referensi, hadits-hadits dan atsar yang menjadi sumber materi fiqih madzhab Syafi’i telah terkodifikasi dan terlayani dengan baik.
Hal ini belum pernah terjadi kepada madzhab lain.
Di antara materi madzhab Syafi’i adalah al-Muwaththa’, Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, karya-karya Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Darimi, al-Nasa’i, al-Daraquthni, al-Baihaqi dan al-Baghawi.
Al-Dahlawi berkata:

 • إِنَّ مَنْ حَادَّ مَذْهَبَ الشَّافِعِيِّ يَكُوْنُ مَحْرُوْمًا عَنْ مَذْهَبِ اْلاِجْتِهَادِ الْمُطْلَقِ

Barangsiapa yang menentang madzhab al-Syafi’i, maka ia akan terhalang dari madzhab ijtihad muthlaq.
Selanjutnya al-Dahlawi mengakhiri kesaksiannya dengan berkata:

وَإِنَّ عِلْمَ الْحَدِيْثِ وَقَدْ أَبَى أَنْ يُنَاصِحَ لِمَنْ لَمْ يَتَطَفَّلْ عَلىَ الشَّافِعِيِّ وَأَصْحَابِهِ رَضِيَ اللهُ تَعَالىَ عَنْهُمْ، وَكُنْ طُفَيْلِيَّهُمْ عَلىَ أَدَبٍ، فَلاَ أَرىَ شَافِعًا سِوىَ اْلأَدَبِ

“Sesungguhnya ilmu hadits benar-benar enggan memberi dengan tulus kepada orang yang tidak membenalu kepada Imam Syafi’i dan murid-muridnya . Jadilah kamu benalu kepada mereka dengan beretika, karena aku tidak melihat penolong selain etika”. (38-39).

• Kesaksian al-Dahlawi di atas, bahwa madzhab Syafi’i merupakan perintis dan pemimpin umat Islam dalam ilmu hadits, sangat penting.

• Mengingat reputasi keilmuan al-Dahlawi sebagai seorang pakar hadits dan fiqih yang bermadzhab Hanafi, dan bukan pengikut madzhab Syafi’i.

• Kesaksian tersebut diperkuat dengan fakta sejarah bahwa pada masa silam, istilah ahli hadits identik dengan para ulama madzhab Syafi’i.

Al-Hafizh al-Sakhawi berkata:

قَالَ النَّوَوِيُّ ، وَنَاهِيْكَ بِهِ دِيَانَةً وَوَرَعًا وَعِلْمًا، فِيْ زَوَائِدِ الرَّوْضَةِ مِنْ بَابِ الْوَقْفِ: وَالْمُرَادُ بِأَصْحَابِ الْحَدِيْثِ الْفُقَهَاءُ الشَّافِعِيَّةُ، وَأَصْحَابِ الرَّأْيِ الْفُقَهَاءُ الْحَنَفِيَّةُ اهـ وَمَا أَحَقَّهُمْ بِالْوَصْفِ بِذَلِكَ
.
“Imam al-Nawawi berkata –betapa hebatnya beliau ( Al Syafi’i )dalam segi keagamaan, kewara’an dan keilmuan-, dalam Zawaid al-Raudhah, pada bagian bab waqaf: “Yang dimaksud engan ahli hadits adalah fuqaha Syafi’iyah, sedangkan ahl al-ra’yi adalah fuqaha Hanafiyah”. Alangkah berhaknya mereka dikatakan demikian”. (1/79).

80 % AHLI HADITS BERMADZHAB SYAFI’I
• Al-Bukhari
• Muslim
• Al-Nasa’i
• Ibnu Khuzaimah
• Ibnu Hibban
• Ibnu ‘Adiy
• Abu Nu’aim
• Al-Daraquthni
• Al-Hakim
• Al-Khathib al-Baghdadi
• Al-Baihaqi
• Ibnu ‘Asakir
• Ibnu al-Sam’ani
• Al-Silafi
• Ibnu al-Najjar
• Al-Mizzi
• Al-Dzahabi dan lain-lain

Sumber  :  Kiyai Muda Ufiz Syahrizal

No comments:

Post a Comment