Menimbang PMII Menjadi Badan Otonom Nahdlatul Ulama
Membicarakan masalah kembalinya PMII kembali ke NU
merupakan persoalan yang menarik untuk di bahas dan dirumuskan. PMII dan NU
serasa sudah menjadi satu meskipun tidak seutuhnya PMII milik NU. Namun, persoalan
ini merangsang nalar kritis bagi sahabat sahabati PMII untuk menemukan titik
pasti apakah PMII akan kembali pada NU atau dalam bahasanya menjadi badan
otonom NU. Akan tetapi, salah satu pendiri PMII Ciputat Khatibul Umam mengatan
bahwa PMII itu yang melahirkan NU ketika menjadi pembicara pada acara Harlah
PMII ke-55 di Ciputat akan lebih menarik lagi ketika kita kumpulkan gagasan
sahabat/i yang pernah saya kunjungi dan mendiskusikan tentang pmii menjadi
badan otonom nu.
Perjalanan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
telah melawati fase demi fase mengikuti arus perkembangan. Dengan kata lain
PMII sudah bisa dikatakan MANDIRI atau berdikari akan tetapi kita tidak punya
kepastian tentang Ideologi maupun Nilai Dasar Pergerakan yang merujuk kepada Nahdlatul
Ulama. Sedangkan kita sendiri telah mengindependensikan diri dari struktural
Nahdlatul ulama yang pada saat itu berkecimpung dalam dunia politik praktis.
Jangan sampai kita hanya bisa bedikari di atas angan-angan retorika ideologi
maupun Nilai Dasar Pergerakan yang tidak ada kepastian bahwa kita harus
melangkah dari jejak yang smar samar dan tidak mempunyai tujuan pasti dimana
kita harus berdiri dan bergrak.
Menjadikan PMII sebagai badan otonom NU bukanlah hal
yang saya rasa tidak harus dipersulit kepastiannya. Dari 230 Cabang dan 22
Pengurus Kordinator Cabang PMII di seluruh Indonesia[1]
kita butuh yang namanya yang namanya sebuah konsolidasi yang melandasi
pergerakan yang berbasis Islam Indonesia. Saya menemukan ketidaksetaraan basic
maupun perubahan yang signifikan. Pada sisi lain banyaknya jumlah Pengurus
Cabang dan Pengurus kordinator Cabang dan kader yang berlimpah menjadi
tantangan tersendiri bagi organisasi tercinta kita yaitu Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia. Saya merasa Pengurus Besar pun tidak dapat menjangkau atau
mengendalikan jalur kendali dimana PMII harus melangkah. Yang katanya mempunyai
Paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran termasuk Paradigma Kritis
Transformatif (PKT). Tapi menurut saya itu hanya sekedar bunyi-bunyian saja tanpa
pengaplikasian di Lokalitas, Nasional, Maupun
Global meskipun kita hanya berfokus pada Nasional.
Kembalinya PMII ke NU atau menjadi Badan Otonom NU
itu di rasa sangat penting demi kemajuan dan langkah pergerakan. Bukan saja
untuk membenahi sistem struktural yang selama ini kurang produktif dalam
menjangkau semua kader yang ada di Indonesia. Dan membenarkan anggapan ASWAJA
yang selama ini hanya dimaknai secara lafadz saja. Akan tetapi, ASWAJA dimaknai
sebagai Nilai Dasar Pergerakan (NDP) dan Ideologi sebagai keyakinan mutlak
seluruh warga Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia yang menjadi suatu sistem penghayatan nilai-nilai ke islaman.
Dari semua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang
pernah saya kunjungin baik itu PC Ciputat, PK Perbanas mereka tidak
mempersoalkan masalah PMII menjadi badan otonom NU karena mereka lebih memilih
PMII teteap dengan independensinya. Hal inilah yang menjadi keistimewaan
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang bisa merangkul semua kader meski
mereka bukan Nahdlatul Ulama dan banyak sekali kader yang bukan Nahdlatul Ulama
tetapi meraka PMII. Ketika kita memang telah menjadi Badan Otonom NU apakah
mahasiwa yang bukan NU akan melirik ? .
Bahkan mereka menganggap dengan indepensensi PMII inilah yang membuat daya
tarik diantara Pergerakan Mahasiswa atau organisasi Mahasiswa yang lain.
Anggapan yang lainnya bahwa, Ketika kita telah menjadi Badan Otonom Nahdlatul
Ulama kita tidak akan bisa bergerak bebas dan kita akan selalu di kordinir
dalam ruang lingkup politik. Akan tetapi salah satu pendiri PMII Ciputat Khatibul
Umam yang ketika itu tidak jadi bernagkat pada acara Harlah PMII ke-55 di
Surabaya kerena tiket bertepatan dengan sholat Jum’at dan beliu masih
menanggung beban saat itu yaitu menjadi Khotib dan Beliu merelakan itu karena
dia msih punya tanggung jawab.Saya bangga kepada bapak Khatibul Umam padahal
Beliau akan menerima penghargaan pada Harlah PMII Ke-55 di Surabaya.Tetapi
beliau lebih memilih tanggung jawabnya dan menghadiri Harlah di PC Ciputat
tepatnya di ASPI. Beliau mengatakan bahwa NU itu anaknya PMII dalam candanya
ketika menjadi pembicara Harlah PMII ke-55. Menurut saya, Beliau bernaggapan
seperti itu karena PMII dan NU telah menjadi satu baik dalam hal ideologi
maupun yang lainnya.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia tidak akan bisa
di pisahkan dari gerbong besarnya yaitu Nahdlatul Ulama yang selama ini menjadi
gagasan maupun yang lainnya. Bapak Khatibul Umam mengatakan “Gagasan selalu
menjadi kunci dalam setiap gerakan dan ide harus menjadi petunjuk jalan setiap
tindakan. Hal inilah yang membuat PMII senantiasa eksis pada setiap zamannya”.
Gagasan memang pnting dan akan menjadi panglima dalam pergerakan yang mesti
dijalankan dengan hati yang terbuka dan di trnasformasikan dengan kaki-kaki
yang selalu bergerak[2]
dan gagasan yang saya tuangkan dalam hitam diatas putih ini akan sangat mendukung sekali PMII menjadi Badan
Otonom NU. karena ketika kita pikirkan
hal yang semacam apalah itu. Seperti banyaknya kader PMII yang bukan Nahdlatul
Ulama yang merasa tidak setuju ataupun sebaliknya yang selama ini mereka
bekhidmat pada PMII akan berusaha sebaik mungkin dalam mentransformasikan
semuanya kepada PMII. Dan masalah dengan kader-kader PMII yang bukan Nahdlatul
Ulama sya percaya kepada mereka meski PMII menjadi Bdan Otonom Nahdlatul Ulama
mereka akan senantiasa berkhidmat kepada Organisasi tercinta kita yaitu
Pergerakan Mahasiswa Indonesia.
Jadi, dari semua permasalahan yang ada, baik dari
segi ideologi maupun Nilai Dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia mengenai
PMII menjadi Badan Otonom NU merupakan suatu hal yang benar-benar harus di
dukung kepastiannya. Menjadikan PMII sebagai Badan Otonom NU yang akan lebih
memberi titik pasti baik itu dari segi Sistematis, Administrasi maupun
Struktural. Pada hakikatnya semua akan kembali kepada masanya seperti halnya
PMII kembali ke NU dan kita bisa mempunyai titik pasti dimana kita harus
berdiri dan akan menggerakan bumi seperti yang di katakan Archmedes. Dan saya
berharap dengan kembalinya PMII kepada NU akan menambah semangat para Sahabat
dan Sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dan lebih jooz lagi dalam hal
penghayatan nilai-nilai ke islaman maupun yang lainnya.